Sepasang Asing

by - September 15, 2020




Photo by  Nguyen Dang Hoang Nhu

Kita adalah sepasang yang benar-benar asing. Barangkali lebih tepatnya, sepasang dengan penuh kemasing-masingan. Meski jarak kita berdekatan. Tapi kita tak pernah saling mengenal, bertatapan, berpapasan atau bahkan berusaha memulai percakapan.

Kita mungkin hanya terperangkap dalam sebuah tempat yang benar-benar dekat. Namun jarak tidak menjadikan alasan untuk kita saling akrab.
    
Menjadi sepasang asing, ia tak akan meninggalkanmu jejak atau bahkan sepenggal kenangan yang membekas. Tapi satu-satunya yang tidak akan menghilang dari ingatan yaitu suara dan irama, bahkan mungkin beberapa cerita yang menguap lewat udara yang tak sengaja masuk lewat telinga.

Aku tahu, kita sedang sama-sama singgah. Itulah sebabnya, aku tak pernah terpikirkan untuk mengakhiri cerita dalam keterasingan. Sebab aku paham, akan menjadi terlalu rumit bagi kita memikirkan arah perahu ini berlayar. Kita yang masih kebingungan mencari tempat untuk berlabuh, terombang-ambing ombak yang tak tahu arah maupun tujuan.

Sesekali kita terdampar di sebuah daratan, atau bahkan kebingungan di tengah lautan. Berusaha melintasi dan mempelajari apa yang semesta beri. 

Apapun itu, kita sedang berjuang untuk menemukan sebuah rumah sebagai tempat untuk tinggal, merangkulmu, menghangatkanmu, menyambutmu hingga akhirnya menjadi tempat menautkan hati — sebagai pelabuhan akhir dari perjalanan para pengelana ini.

Kapankah Kita Berlabuh

Ebiet G. Ade
Bahtera ini kecil,
Gampang terbawa angin
Sekelompok batu karang siap meremukkan
Kapankah kita ‘kan berlabuh?

Kapankah kita ‘kan bertemu
Laut yang bening dan biru,
Kembang warna warni,
Desis ikan bernyanyi
Tembang manis, teramat manis

Kapankah kita ‘kan berlabuh
Rinduku menggumpal di pantai
Jangan hanya diam
Mari kita berdoa
Berhembuslah angin ke sana









You May Also Like

0 komentar