Aku dan Angka

by - September 15, 2020

 


Photo by XPS On Unsplash


Setiap hari begelut dengan angka-angka — yang angka nolnya berjejer rapi berbaris kebelakang, enak dipandang. Menggiurkan, memang. Apalagi jika semua pundi-pundi masuk ke kantong pribadi. Tentu kamu bebas memesan kopi, tanpa perhitungan, tanpa harus menunggu sebulan sekali.

Aku berusaha untuk tidak begitu diperbudak oleh angka, karena dia fana. Bayangkan saja, gaji yang datang di awal bulan, nyatanya mampir hanya sebentar. Selebihnya menguap, terampas biaya bulanan, uang kosan, uang makan. Karena biaya kuliah mahal — sisanya dikirim untuk ibu di kampung halaman.

Bicara soal angka, kepuasan tak akan pernah ada habisnya. Ngikutin tuntutan gaya hidup hanya demi gengsi malah mengundang bayang-bayang lelah yang kian panjang membentang. Alih-alih menyusuri rasa yang bernama puas, kelak ia benar-benar tak bertepi dan tak memiliki sebuah batas. Bahkan sesekali puas berubah menjadi buas, ia akan memusnahkan ketenangan dan kesenangan dalam relung batinmu.

Aku hanya ingin berseru, semoga diri tak dibutakan oleh silaunya sang angka. Tanpa saling mengikat akrab, yang bisa membuatku semakin terjerat. Aku tak ingin berseteru, sikut-menyikut untuk saling menjatuhkan. Tanpa ada yang dibutakan, hingga akhirnya kau benar-benar dipergunakan sesuai yang manusia butuhkan — bermanfaat, bukan atas dasar keegoisan ataupun keserakahan.

— Jkt, (sedang Idealis)

You May Also Like

0 komentar